Surat perpisahan dariku si Pemalas – Cerpen 2021

cerpen surat perpisahan dariku si pemalas

Cerpen Surat perpisahan dariku si Pemalas yang diterbitkan bulan September tahun 2021 oleh penulis koixus adalah cerita fiksi dan hak cipta dipegang sepenuhnya oleh situs bypemula.

Hari yang biasa. Benar-benar biasa. Orang-orang sibuk dengan rangkaian kegiatan yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Anak-anak di sekitar sibuk bermain dengan gadget mereka. Udara berhembus seperti biasa dan mentari juga tetap menjalankan perannya untuk menyinari bumi di setiap harinya. Namun dibalik rangkaian hal yang terjadi, entah kenapa Aku merasa, hanya aku yang susah untuk bernafas serta menjalani hari. Layaknya arloji yang sudah usang dan rusak, aku merasa bahwa hanya hidupku yang tidak berputar seperti kebanyakan jam lainnya yang terus bergerak di setiap detiknya.

Aku hidup di keluarga yang biasa saja namun aku tercekik dengan kehidupan yang harus ku terima sejak aku lahir. Aku harus mengalah dengan banyak hal karena lahir sebagai anak pertama perempuan di keluarga patriarki. Jika kamu merasa kisahku akan hanya bercerita tentang perlakuan berbeda yang ku terima dari keluarga karena perbedaan jenis kelamin, prediksimu sayangnya tidak tepat. Perlakuan yang sudah biasa aku terima itu tidak lagi menyakiti hatiku akhir-akhir ini. Dibandingkan dengan hal itu, ada satu hal yang paling tidak bisa kuterima ketika aku beranjak dewasa yakni harus menyerah berusaha.

Mungkin orang dewasa akan berkata, terkadang disaat kamu dewasa kamu akan mulai memaafkan banyak hal atau menyerah pada mimpimu dan mulai menerima kenyataan serta keadaan yang ada. Tentu hal ini ada benarnya, tapi tidak denganku. Aku tidak akan pernah bisa menerima semua perjuanganku harus dikubur dalam-dalam hanya karena perempuan tidak baik merantau sendirian ke negeri orang.

Sejak kecil, aku selalu terpesona dengan beragam budaya dan bahasa yang ada di berbagai belahan dunia. Aku jatuh cinta dengan keanekaragaman yang hanya bisa aku pandang melalui layar televisi ataupun buku pelajaran sekolah yang sering aku baca. Impian pertama ku adalah ingin pergi ke seluruh penjuru Indonesia dan juga dunia! Apakah ini hanya mimpi satu malam saja? Tentu tidak! Aku benar-benar teguh dengan impian ku dan mulai mempelajari bahasa asing pertama ku yakni bahasa inggris.

Pada saat itu aku yang tinggal di pelosok desa dengan ekonomi keluarga yang pas-pasan tentu mempunyai banyak hambatan. Saat itu handphone dan internet tidak bisa didapatkan dengan mudah seperti saat ini. Aku yang masih duduk di bangku kelas 4 SD tetap gigih belajar dari buku bekas atau buku yang kupinjam dari perpustakaan sekolah.

Terkadang bazar buku yang diadakan sesekali di sekolah menjadi surga bagiku untuk membeli buku yang bisa kugunakan untuk belajar bahasa asing dan buku menarik lainnya. Aku selalu berusaha yang terbaik untuk mencari uang tambahan diluar uang saku yang tidak besar ku dapatkan saat itu. Aku menjual agar-agar, gambar, buah jambu dan masih banyak lagi. Bahkan aku merasa sangat bahagia ketika ada salah satu guru PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) yang bersedia memberikan ku kursus bahasa inggris gratis diluar jam sekolah. Pada saat itu jaraknya hampir 3 KM dan aku selalu pergi teratur di setiap minggunya.

Sayangnya, kegigihanku di bidang akademis tidak dipandang baik oleh orang tua dan orang-orang sekelilingku. Bagi mereka, semua itu tidak berguna jika aku tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Karena hal ini, aku selalu disebut sebagai pemalas bahkan hingga aku dewasa. Tapi sebenarnya, dibandingkan pemalas ternyata aku tipikal orang yang hanya bisa fokus melakukan satu hal dan tidak bisa melakukan hal lain bersamaan.

Mungkin jika kamu merasa ucapanku hanya alibi semata, maka kamu salah besar. Ayah dan Ibuku bekerja sebagai ASN dan semua hal yan mereka pedulikan hanyalah pekerjaan serta pandangan baik masyarakat terhadap mereka. Bahkan aku masih ingat, sejak kelas 3 SD aku sudah dipaksa keadaan agar bisa memasak karena jika tidak aku akan kelaparan di sekolah karena belum makan. Orang tua ku hanya berbicara kepadaku jika ada hal yang ingin mereka perintahkan untuk ku lakukan. Selain itu, aku tidak akan memiliki percakapan basa-basi, obrolan ringan ataupun hal lain yang biasanya dilakukan dalam hubungan antara orang tua dan anak.

Semakin hari, aku semakin muak dengan pekerjaan rumah tangga. Tahun demi tahun, melakukan hal yang sama tanpa tahu kapan semua akan berakhir. Tentunya aku sangat bersyukur dan menjadi tanpa beban ketika aku sudah berkuliah dan merasa impianku akan tercapai begitu aku lulus. Semangatku menggebu-gebu untuk memasuki dunia kerja dan aku sangat bangga dengan kerja kerasku karena bisa mendapat predikat cumlaude ketika aku lulus kuliah.

Sayangnya, itu hanya rencanaku saja. Begitu selesai wisuda, aku dipaksa untuk pulang kerumah dengan berbagai alasan. Dan… Sekarang aku sudah 3 tahun lebih dirumah tanpa dibolehkan pergi atau melamar kerja kemanapun lagi. Tentu saja aku selalu menangis melihat ijazahku yang hanya bisa disimpan di lemari dan juga nilai TOEFL yang mencukupi untuk mendaftar pekerjaan di tempat yang aku targetkan.

Hari demi hari, tahun demi tahun, aku mulai menjadi sering menangis karena menyadari mimpiku tidak akan pernah bisa aku gapai lagi. Bahkan semua skill yang sudah kupelajari sama sekali tidak berguna ketika kembali ke pedesaan. Setiap hari harus mengerjakan pekerjaan rumah dan berkebun tanpa tahu kapan aku bisa terbebas dari kondisi ini terus menyiksa hatiku.

Jika kamu merasa aku tidak terpikir untuk memilih menikah saja, tentu aku pernah memikirkannya. Namun sayangnya semua pilihanku tidak sesuai kriteria mereka dan kebanyakan masih berada di posisi yang masih merintis seperti ku. Pastinya hal ini tidak mungkin mudah bagi mereka jika aku mendesak ingin menikah hanya karena tidak bisa meraih mimpi yang kuinginkan.

Surat perpisahan dariku si pemalas ini adalah surat pertama dan terakhir yang bisa aku sampaikan karena aku sudah merasa lelah. Aku lelah ketika kegiatan wirausaha ku dihancurkan orang tua ku dalam sekejap mata karena mereka malu aku merintis sebuah usaha. Aku lelah bahkan ketika aku bernafas. Aku selalu berusaha baik-baik saja di depan kedua orang tua ku walau aku sering mendengar mereka menghina ku di depan orang lain. Aku selalu berjuang keras, walau apapun yang kuperoleh, hasilnya akan diberikan kepada anak laki-laki mereka. Aku tidak pernah marah, mengeluh dan melukai perasaan mereka. Tapi hari ini… Aku merasa sangat lelah… Aku ingin berhenti menjalani hari yang terus melukaiku.

Katanya… Perempuan yang tidak mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dari bangun pagi sampai tidur lagi di malam hari adalah pemalas. Tapi mungkin, aku benar adalah seorang pemalas… Karena saat ini… Aku sudah merasa malas dan tidak ingin bangun lagi di esok hari. Tuhan… Engkau tahu persis sejauh apa usahaku dan bagaimana aku yang terus-terusan menangis kecewa karena semua usahaku dihancurkan seketika oleh orang lain. Hari ini Tuhan… Aku merasa sangat lelah… Bisakah aku beristirahat dan menghilangkan semua duri di hatiku?

Cerpen by koixus: Surat perpisahan dariku si Pemalas [ 29 September 2021 ]

cerpen surat perpisahan dariku si pemalas
Previous Post

No more post

cerpen surat perpisahan dariku si pemalas
Next Post

No more post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *